Karenanya Alkitab menyusun aturan mengenai makanan yang haram dan tidak haram dimakan dalam Imamat 11. Dalam Imamat 11, ada banyak jenis makanan yang disinggung, mulai dari unggas, hewan yang hidup di air, hewan yang hidup melata, dan lain-lain. Semua peraturan tersebut harus dipatuhi oleh umat agar tubuh terhindar dari kenajisan.
InformasiTerkini, Lengkap, Padat, Terpercaya. Browse » Home » » [liputan6] KUMPULAN TULISAN HAKEKAT - BAGIAN [X] [1 Attachment]
AyatAlkitab Tentang Keserakahan Dan Ketamakan Mereka yang terobsesi dengan kecintaan akan uang, yang terlalu mencintai uang dan melakukan hal yang jahat, dalam rangka untuk mendapatkan kepuasan dari uang, adalah orang serakah. Seperti yang ditunjukkan Paulus, manusia serakah adalah seorang penyembah berhala dan tidak akan mewarisi kerajaan Allah.
10Ayat Alkitab Soal Utang dan Cara Bijak Orang Kristen Kelola Uang (2/2) Di artikel sebelumnya kita sudah belajar kebenaran firman Tuhan soal utang. Nah, di artikel ini ada beberapa ayat yang Tuhan sampaikan soal uang dan utang. 6. Utang membuat seseorang enggan bermurah hati. Pada dasarnya, Tuhan memanggil kita untuk bermurah hati.
REPUBLIKACO.ID, JAKARTA -- Menjelang pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, marak terjadi politik uang. Karena itu, perlu dipertegas agar umat Islam tidak terjebak, dengan politik uang karena hukumnya adalah haram. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Amirsyah Tambunan, Senin (17/4). Dia beranggapan bahwa politik uang adalah penggelontoran
Selainketiga ayat tersebut,masih ada beberapa ayat Alkitab tentang rentenir lainnya. Berikut beberapa ayatAlkitab tentang rentenir yang dapat kita pahami. Yehezkiel 18:13; Memungut bunga uang dan mengambil riba, orang yang demikian tidak akan hidup. Segala kekejian ini dilakukannya, ia harus mati; darahnya tertimpa kepadanya sendiri. Keluaran
Ikatanyang kuat antara manusia dan uang juga disampaikan oleh Yesus dalam Lukas 12: 34, "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Karena begitu kuatnya hubungan inilah maka Alkitab berulang kali menyampaikan peran besar uang. Ada 9 ayat Alkitab yang bisa kita pelajari soal bagaimana kita memandang uang dalam hidup kita. 1.
BeliBuku Apa Sejatinya Kata Alkitab tentang Uang - Scott Morton Terbaru August 2022. ️ 15 hari retur. Buku Alkitab Anak Bergambar Ukuran Kecil TB 033 TI NS Rp92.000 1. Buku Don't Give Up-Jangan Menyerah (Kyle Idleman)
aVrEBF. Sumber Blog JustikaFinance / 2 September 2021 Lori Official Writer Di artikel sebelumnya kita sudah belajar kebenaran firman Tuhan soal utang. Nah, di artikel ini ada beberapa ayat yang Tuhan sampaikan soal uang dan utang. 6. Utang membuat seseorang enggan bermurah hati Pada dasarnya, Tuhan memanggil kita untuk bermurah hati. Tapi ada saja kondisi tertentu yang menahan kita untuk bermurah hati. Salah satunya adalah rasa kuatir akan pemenuhan kebutuhan kita. Dan yang lainnya adalah karena utang. Karena itu, semakin cepat seseorang bebas dari utang makin leluasa pula dia mau memberi atau bermurah hati kepada orang lain baca Maleaki 3 10; Matius 5 42; 1 Korintus 16 2; 1 Yohanes 3 17 “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu..” Amsal 3 9 “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.” Amsal 3 27 Baca Juga 10 Ayat Alkitab Soal Hutang, Dari Bikin Cemas Sampai Gak Bisa Tidur 1/2 7. Utang dalam bentuk kredit dianggap salah Tahukah kamu kalau transaksi kredit dalam bentuk apapun sebenarnya bertentangan dengan kehendak Tuhan. Di seluruh Pentateukh, Allah memberikan perintah tentang meminjam dan hari sabat yaitu tak seorangpun diijinkan untuk merampas apa yang dimiliki orang lain karena utang mereka. Tuhan memberi tahu para pemberi pinjaman kalau tindakan mereka untuk menawarkan pinjaman ke orang lain sangat tidak pantas. “Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya. Jika engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau mengembalikannya kepadanya sebelum matahari terbenam, sebab hanya itu saja penutup tubuhnya, itulah pemalut kulitnya-pakai apakah ia pergi tidur? Maka apabila ia berseru-seru kepada-Ku, Aku akan mendengarkannya, sebab Aku ini pengasih.” Keluaran 22 25-27 “Inilah cara penghapusan itu setiap orang yang berpiutang harus menghapuskan apa yang dipinjamkannya kepada sesamanya; janganlah ia menagih dari sesamanya atau saudaranya, karena telah dimaklumkan penghapusan hutang demi TUHAN.” Ulangan 15 2 Baca juga ayat pendukung ini Ulangan 15 6; Ulangan 23 20; Mazmur 15 1-2, 5; Mazmur 112 5; Amsal 27 13 8. Utang hanya bentuk pengkhianatan terhadap kerja keras Tanyalah kepada para pekerja keras, apakah mereka suka berhutang? Mana jawabannya adalah TIDAK. Meminjam uang bicara soal pola pikir. Seseorang yang suka meminjam uang harusnya berpikir kenapa orang harus bekerja keras? Jawabannya adalah supaya mereka tidak berhutang. Dalam hal inilah berutang jadi bentuk pengkhianatan terhadap kerja keras. “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.” Amsal 6 6-8 “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” Amsal 10 4 Baca ayat pendukung berikut Amsal 11 15; Amsal 13 11; Amsal 14 23; Amsal 22 1; Lukas 16 11; kolose 3 23 Baca Juga Terlanjur Terjerat Pinjaman Online, Gini Lho Cara Kamu Keluar Hutangnya 9. Utang bisa muncul karena iri hati Salah satu penyebab kenapa seseorang jatuh dalam utang adalah karena iri hati. Saat melihat tetangganya punya mobil, keinginannya untuk punya hal yang sama pun bangkit. Akibatnya, dia memaksa diri untuk punya mobil dengan cara berhutang. Banyak orang yang berutang demi mengejar status. Dan tanpa sadar hal itu hanya menjerat mereka lebih dalam kepada kemiskinan. “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.” Ibrani 13 5 Baca ayat pendukung berikut Markus 4 19; 1 Timotius 6 10; 1 Timotius 6 6-8 10. Keinginan untuk berhutang hanya bisa dihindarkan dengan iman Berutang adalah pilihan yang sangat buruk. Waktu kita percaya kepada Tuhan, Dia akan memadamkan kebutuhan kita akan uang. Saat kita sudah melekat di dalam Tuhan, akan sangat mudah untuk mengalihkan fokus kita dari uang karena kita lebih percaya kepada janji Tuhan. “TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman.” Ulangan 28 12 “Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia.” Mazmur 37 3 Baca ayat pendukung berikut Matius 6 21; Matius 6 31-33; Lukas 12 15; Filipi 4 11-13; Yakobus 4 13-15 Yuk renungkan ayat-ayat di atas dan alamilah kemenangan finansial dari Tuhan. Sumber Halaman 1
Ilustrasi Imamat 11 dalam Alkitab Foto UnsplashImamat 11 merupakan pasal yang berada dalam Perjanjian Lama di Alkitab. Pasal ini termasuk dalam kumpulan kitab Taurat yang disusun oleh Musa. Secara keseluruhan, Imamat 11 membahas tentang binatang yang haram dan yang tidak haram untuk 47 ayat Alkitab yang tercatat dalam Imamat 11. Pembahasan dalam pasal tersebut terbagi menjadi beberapa bagian, yakni binatang berkaki empat di atas bumi ayat 1-8, segala yang hidup di dalam air 9-12, burung-burung dan kelelawar 13-19.Pembahasan tersebut dilanjutkan dengan segala binatang merayap dan bersayap dan berjalan dengan keempat kaki termasuk serangga 20-23, haram jika kena bangkai 24-28, binatang merayap dan berkeriapan di atas bumi 29-42, serta perintah untuk menguduskan diri dan membedakan mana yang najis dan tahir 43-47.Ayat Alkitab dalam Imamat 11 memiliki makna penting yang perlu diketahui setiap umat Kristen. Sebelum membahas lebih jauh, simak terlebih dahulu ayat Imamat 11 dalam Alkitab Foto UnsplashBunyi Imamat 11 dalam AlkitabBerikut beberapa bunyi ayat Alkitab dalam Imamat 11 di Perjanjian Lama Alkitab1 Lalu TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun, kata-Nya kepada mereka2 "Katakanlah kepada orang Israel, begini Inilah binatang-binatang yang boleh kamu makan dari segala binatang berkaki empat yang ada di atas bumi3 setiap binatang yang berkuku belah, yaitu yang kukunya bersela panjang, dan yang memamah biak boleh kamu makan.4 Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak atau dari yang berkuku belah unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu.5 Juga pelanduk, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu.6 Juga kelinci, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah, haram itu bagimu.7 Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu.8 Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu.9 Inilah yang boleh kamu makan dari segala yang hidup di dalam air segala yang bersirip dan bersisik di dalam air, di dalam lautan, dan di dalam sungai, itulah semuanya yang boleh kamu makan.10 Tetapi segala yang tidak bersirip atau bersisik di dalam lautan dan di dalam sungai, dari segala yang berkeriapan di dalam air dan dari segala makhluk hidup yang ada di dalam air, semuanya itu kejijikan bagimu.11 Sesungguhnya haruslah semuanya itu kejijikan bagimu; dagingnya janganlah kamu makan, dan bangkainya haruslah kamu Imamat 11 dalam Alkitab Foto UnsplashMakna Imamat 10 dalam AlkitabMenurut Witness Lee dan Yasperin dalam buku Pelajaran-Hayat Imamat 2021, makan adalah mengontak hal-hal di luar tubuh yang dapat mempengaruhi batiniah manusia. Ketika manusia makan, makanan tersebut akan dicerna dan menjadi unsur penyusun dalam penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa apa yang dimakan manusia akan menjadi susunan tubuh. Ini membuat pemilihan makanan merupakan hal penting. Karenanya, Alkitab menyusun aturan mengenai makanan yang haram dan tidak haram dimakan dalam Imamat Imamat 11, ada banyak jenis makanan yang disinggung, mulai dari unggas, hewan yang hidup di air, hewan yang hidup melata, dan lain-lain. Semua peraturan tersebut harus dipatuhi oleh umat agar tubuh terhindar dari kenajisan. Sehingga umat layak datang ke hadapan Allah. Tidak hanya makanan, umat Nasrani juga harus menjaga kebersihan tubuh dan pikiran agar tetap kudus serta berkenan.
- Pinjam-meminjam harta atau utang-piutang merupakan salah satu jenis muamalah yang kerap dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Islam mengatur perkara utang-piutang ini dengan rinci, baik itu melalui nas Al-Quran maupun hadis. Berikut ini cuplikan ayat Al-Quran tentang utang-piutang, kewajiban transaksi, serta dosa tak definitif, utang-piutang adalah menyerahkan harta atau suatu benda kepada seseorang yang harus dikembalikan di masa mendatang. Ketika harta-benda itu dikembalikan, kondisinya harus dalam keadaan tetap dan tidak misal, seseorang berutang sejumlah maka di masa mendatang atau jangka waktu yang disepakati, uang tersebut harus dikembalikan dengan jumlah yang yang berutang biasanya sedang terdesak atau membutuhkan. Karena itu, memberikan utang atau menyedekahkannya dinilai sebagai perbuatan baik karena menolong orang yang sisi lain, utang sendiri termasuk tanggung jawab yang besar. Orang yang berutang wajib melunasi utang tersebut, sekecil apa pun nilainya. Utang yang tak dilunasi akan tercatat sebagai dosa dan menjadi penghalang masuk itu tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW "Barangsiapa ruhnya berpisah dari jasad sedangkan ia terbebas dari tiga perkara ini, ia pasti akan masuk surga. Ketiga hal tersebut adalah terbebas dari sombong, khianat, dan utang," Ibnu Majah.Rukun Utang-Piutang dan Pinjaman Harta Terdapat tiga rukun dalam melaksanakan utang-piutang yang harus diperhatikan. Ketiga rukun itu adalah sebagai berikut. Ada yang berutang dan yang mengutangi. Ada harta atau benda yang akan diutangi. Melafalkan akad utang. Lafal akad utang tak harus diucapkan. Seseorang cukup berniat bahwa ia akan berutang sejumlah uang dan yang berpiutang akan meminjami sesuai yang ingin dilafalkan, contoh ucapan atau kalimat kesepakatan saat berutang adalah sebagai berikut “Saya utangi uang sejumlah sekian kepada Anda.” Kemudian, yang berutang menjawab “Ya, saya berutang uang sejumlah sekian selama beberapa hari [disebutkan berapa lama], atau jika sudah ada uang untuk mengembalikan akan saya lunasi.”Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 280, terdapat anjuran untuk memberikan kelonggaran waktu kepada orang yang berutang jika tak memiliki harta untuk melunasinya. Mengikhlaskan utang apabila orang tersebut benar-benar tidak mampu dinilai sebagai kebaikan dan Al-Quran tentang Utang-Piutang Ayat Al-Quran yang dibahas di sini adalah surah Al-Baqarah ayat 280-283 tentang utang-piutang, mulai dari anjuran mencatat, pemberian jaminan, hingga keutamaan mengikhlaskan ini bacaan surah Al-Baqarah ayat 280-283 dalam bahasa Arab, Latin, terjemahannya, serta tafsir singkat mengenai empat ayat كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَBacaan latinnya "Wa ing kāna żụ 'usratin fa naẓiratun ilā maisarah, wa an taṣaddaqụ khairul lakum ing kuntum ta'lamụn"Artinya “Dan jika orang yang berutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan sebagian atau semua utang itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui,” QS. Al Baqarah [2] 280.وَٱتَّقُوا۟ يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ Bacaan latinnya "Wattaqụ yauman turja'ụna fīhi ilallāh, ṡumma tuwaffā kullu nafsim mā kasabat wa hum lā yuẓlamụn"Artinya "Dan peliharalah dirimu dari azab yang terjadi pada hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya dirugikan," QS. Al Baqarah [2] 280.يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَٱكْتُبُوهُ ۚ وَلْيَكْتُب بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌۢ بِٱلْعَدْلِ ۚ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَن يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ ٱللَّهُ ۚ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ ٱلَّذِى عَلَيْهِ ٱلْحَقُّ وَلْيَتَّقِ ٱللَّهَ رَبَّهُۥ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْـًٔا ۚ فَإِن كَانَ ٱلَّذِى عَلَيْهِ ٱلْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَن يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُۥ بِٱلْعَدْلِ ۚ وَٱسْتَشْهِدُوا۟ شَهِيدَيْنِ مِن رِّجَالِكُمْ ۖ فَإِن لَّمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَٱمْرَأَتَانِ مِمَّن تَرْضَوْنَ مِنَ ٱلشُّهَدَآءِ أَن تَضِلَّ إِحْدَىٰهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَىٰهُمَا ٱلْأُخْرَىٰ ۚ وَلَا يَأْبَ ٱلشُّهَدَآءُ إِذَا مَا دُعُوا۟ ۚ وَلَا تَسْـَٔمُوٓا۟ أَن تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَىٰٓ أَجَلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ أَقْسَطُ عِندَ ٱللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَٰدَةِ وَأَدْنَىٰٓ أَلَّا تَرْتَابُوٓا۟ ۖ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَٰرَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلَّا تَكْتُبُوهَا ۗ وَأَشْهِدُوٓا۟ إِذَا تَبَايَعْتُمْ ۚ وَلَا يُضَآرَّ كَاتِبٌ وَلَا شَهِيدٌ ۚ وَإِن تَفْعَلُوا۟ فَإِنَّهُۥ فُسُوقٌۢ بِكُمْ ۗ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱللَّهُ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ Bacaan latinnya "Yā ayyuhallażīna āmanū iżā tadāyantum bidainin ilā ajalim musamman faktubụh, walyaktub bainakum kātibum bil-'adli wa lā ya`ba kātibun ay yaktuba kamā 'allamahullāhu falyaktub, walyumlilillażī 'alaihil-ḥaqqu walyattaqillāha rabbahụ wa lā yabkhas min-hu syai`ā, fa ing kānallażī 'alaihil-ḥaqqu safīhan au ḍa'īfan au lā yastaṭī'u ay yumilla huwa falyumlil waliyyuhụ bil-'adl, wastasy-hidụ syahīdaini mir rijālikum, fa il lam yakụnā rajulaini fa rajuluw wamra`atāni mim man tarḍauna minasy-syuhadā`i an taḍilla iḥdāhumā fa tużakkira iḥdāhumal-ukhrā, wa lā ya`basy-syuhadā`u iżā mā du'ụ, wa lā tas`amū an taktubụhu ṣagīran au kabīran ilā ajalih, żālikum aqsaṭu 'indallāhi wa aqwamu lisy-syahādati wa adnā allā tartābū illā an takụna tijāratan ḥāḍiratan tudīrụnahā bainakum fa laisa 'alaikum junāḥun allā taktubụhā, wa asy-hidū iżā tabāya'tum wa lā yuḍārra kātibuw wa lā syahīd, wa in taf'alụ fa innahụ fusụqum bikum, wattaqullāh, wa yu'allimukumullāh, wallāhu bikulli syai`in 'alīm"Artinya “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai berutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakkan apa yang akan ditulis itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu. Jika tak ada dua orang lelaki, maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan memberi keterangan apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguanmu. Tulislah muamalahmu itu, kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, jika kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan yang demikian, maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu,” QS. Al-Baqarah [2] 282.وَإِنْ كُنْتُمْ عَلَىٰ سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ ۖ فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ ۗ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ ۚ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ Bacaan latinnya "Wa ing kuntum 'alā safariw wa lam tajidụ kātiban fa rihānum maqbụḍah, fa in amina ba'ḍukum ba'ḍan falyu`addillażi`tumina amānatahụ walyattaqillāha rabbah, wa lā taktumusy-syahādah, wa may yaktum-hā fa innahū āṡimung qalbuh, wallāhu bimā ta'malụna 'alīm"Artinya “Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya utangnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu para saksi menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” QS. Al Baqarah [2] 283.Orang yang berutang lazimnya dalam kondisi sulit. Dengan demikian, pemberi utang dilarang meminta tambahan pembayaran atau bunga dalam pelunasan utang. Bunga utang tergolong dalam kategori riba. Hal itu tergambar dalam sabda Rasulullah SAW “Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat atau semacamnya termasuk dari beberapa macam ribā,” Baihaqi.Akan tetapi, jika orang yang berutang memberi tambahan sebagai rasa terima kasih karena sudah ditolong, hal itu diperbolehkan. Misalnya, seseorang yang berutang kemudian ia mengembalikannya sebanyak tidak tergolong riba. Tambahan pemberian ini harus dengan syarat sukarela dan bukan dalam bentuk bolehnya memberi dengan ikhlas saat pengembalian utang tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW “Sesungguhnya sebaik-baik kamu ialah ketika membayar utang [dengan tepat waktu]." Abu Hurairah kemudian berkata ”Rasulullah SAW telah berutang hewan, kemudian beliau bayar dengan hewan yang lebih besar dari hewan yang beliau utang itu". Rasulullah bersabda 'Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang dapat membayar utangnya dengan yang lebih baik'," Ahmad dan Tirmidzi.Sementara itu, orang yang memberi utang dianjurkan untuk menyedekahkan utangnya, baik itu sebagian atau seluruhnya, sebagaimana tergambar dalam Al-Baqarah ayat 280. Pemberian itu dinilai sebagai sedekah yang berpahala besar di sisi Allah ayat 282, Allah SWT memerintahkan orang yang bertransaksi utang-piutang untuk melakukan pencatatan agar tidak lupa. Manfaat pencatatan utang lainnya adalah untuk mengklaim apabila salah satu pihak mangkir dari utang tersebut. Untuk menghindari hal-hal tak diinginkan, transaksi utang juga sebaiknya mendatangkan dua saksi laki-laki. Jika tidak ada, saksinya dapat berupa satu laki-laki dan dua perempuan untuk bersaksi atas proses utang-piutang ayat 283 menjelaskan jika utang itu tak ditulis, hendaknya ada barang jaminan yang diberikan kepada orang yang berpiutang. Apabila dalam waktu tertentu utang itu tak dikembalikan, barang jaminan menjadi hak milik orang berpiutang. Dilansir laman Dompet Dhuafa, utang adalah perkara berat tanggung-jawabnya dalam Islam. Saking beratnya, seseorang yang meninggal masih memiliki utang, keluarganya harus melunasi utang tersebut untuk meringankan hisabnya di hadis riwayat Ibnu Majah disebutkan “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki utang satu dinar atau satu dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya [di hari kiamat nanti] karena di sana [di akhirat] tidak ada lagi dinar dan dirham,” Ibnu Majah.Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda “Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan utangnya hingga dia melunasinya,” Tirmidzi.Sementara itu, orang yang sejak awal berutang berniat untuk tidak melunasinya, maka ia dikategorikan sebagai pencuri karena mengambil harta yang bukan haknya.“Siapa saja yang berutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah [pada Hari Kiamat] dalam status sebagai pencuri,” Ibnu Majah. - Sosial Budaya Kontributor Cicik NovitaPenulis Cicik NovitaEditor Abdul Hadi