Lebihjauh lagi dalam membincarakan pembaharuan dibidang pendidikan Islam Harun memberikan perhatian terhadap empat hal yang menurutnya adalah komponen penting dalam suatu proses pendidikan, yaitu: tujuan, bahan, metode, dan kualitas guru. [4] Mengenai tujuan pendidikan Islam Harun mengatakan ada hal-hal yang perlu diredefnisi. Berikutini cerita singkat mengenai menteri pendidikan pertama republik ini, yang punya sumbangsih begitu besar: Hari Pendidikan Nasional 2 Mei diambil dari hari lahir Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendidikan yang namanya masyhur dalam lembaran sejarah bangsa. Berikut ini cerita singkat mengenai menteri pendidikan pertama republik ini, yang punya JurnalPendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 13 No. 1 - 2015 101 Irham Pesantren dan Perkembangan Politik Pendidikan Agama di Indonesia melalui pendidikan dengan konsep multikultural.33 Pendidikan berwawasan multikultural sebagai strategi pendidikan yang efektif diterapkan kepada masyarakat yang multikultur atau sekelompok orang yang saling Keempataspek itu yakni kebijakan, kepemimpinan kepala sekolah, infrastruktur, dan proses pembelajaran. Menurutnya, kebijakan hal terpenting, utamanya yang berlaku secara nasional meliputi kurikulum dan ujian nasional. Hal itu termasuk kebijakan distribusi dan rekrutmen guru. upayapengembang ini meliputi 2 hal, yaitu kuantitas yang meliput penambahan pendirian sekolah baru beserta sarana dan prasarana tenaga kependidikan dalam jumlah yang cukup, sedangkan aspek kualitas meliputi peningkatan prestasi siswa dan peningkatan profesiolal tenaga guru yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan mutu pendidikan secara 2 Pasal 18. Hak dan kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela Negara diselenggarakan melalui: a. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tidak terpisah dalam sistem pendidikan nasional; b. keanggotaan Rakyat Terlatih secara wajib; c. keanggotaan Angkatan Bersenjata secara sukarela atau secara wajib; Pertumbuhandan perkembangan pendidikan dimulai sejak zaman nabi Muhammafd SAW,Ini terbagi dalam 5 Periode : 1.Peroiode pembinaan pendidikan islam ,yang berlangsung pada zaman Nabi Muhamad. 2.Setelah Nabi Wafat sampai masa akhir bani umayah yang diwarnai dengan perkembangan ilmu-ilmu naqliah. 3. Namun dunia saat ini tengah dilanda wabah penyakit yang disebabkan virus corona (Covid-19). Situasi pandemi ini seketika mengubah sendi kehidupan masyarakat dunia dan menjadi ancaman bagi sektor kesehatan, sektor perekonomian, sektor pendidikan dan lainnya. Indonesia pun tak luput dalam tantangan besar penanganan Covid-19 agar tidak semakin klpg2YX. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Indonesia adalah sebuah Negara berkembang di suatu kawasan Asia yang lebih tepatnya Asia tenggara yang juga masih termasuk kawasan yang berkembang . Didalam sebuah Negara dan kawasan berkembang ada beberapa faktor yang sangat dibutuhkan agar dapat menjadi Negara maju ,beberapa faktor yang dibutuhkan untuk mengembangkan Negara menjadi Negara yang maju yaitu sumber kekayaan alam dan sumber daya manusia . Namun sumber kekayaan alam tidak akan berguna tanpa ditunjang dari kualitas sumber daya manusianya sendiri , berdasarkan hal tersebut lah sebagai Negara berkembang Negara Indonesia harus meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dari satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia adalah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia sejak sedini mungkin ,dimulai dari play group/Paud ,TK , SD ,SLTP, SMA/SMK ,sampai ke Perguruan tinggi . Namun juga harus meningkatkan kualitas pelatihan-pelatihan keterampilan diluar pendidikan di Indonesia masih begitu miris dan menyedihkan banyak hal yang harus diperbaiki dimulai dari penidikan usia dini sampai perguruan tinggi . Salah satu yang menjadi kelemahan pendidikan di Indonesia adalah yang pertama bentuk kurikulumnya , kurikulum di Indonesia terlalu banyak memaksa para pelajar untuk menghafal materi bahkan hanya dengan penjelasan dan hanya membayangkan ,masih terlalu sedikit praktek yang dilakukan . sehingga membuat para pelajar sulit untuk memahami apa yang ia pelajari . Sedangkan untuk yang kedua adalah fasilitas yang masih belum merata kesemua wilayah di Indonesia . Memang tidak mudah untuk memberikan fasilitas yang memadai untuk lebih dari 17ribu penduduk Indonesia terutama didaerah daerah pelosok, tetapi setidaknya pendidikan di Indonesia harus memiliki fasilitas yang cukup untuk menunjang kualitas pendidikan dan membatu perkembangan Negara yang ketiga adalah masih rendahnya kualitas para pengajar di Indonesia ,masih banyak guru- guru yang belum memiliki kemampuan pengajaran yang baik karena banyak rakyat Indonesia yang masih belum menghargai profesi seorang guru atau pengajar dan juga masih kurangnya presiasi pemerintah untuk para guru guru di Indonesia .Tetapi dewasa ini pendidikan di Indonesia sedikit mendapat angina segar ,karena beberapa pencanangan pencanangan dan juga kebijakan kebijakan dari pemerintah . seperti kebijakan pengembangan kualitas dan penambahan jumlah SMK di Indonesia yang membuat para pelajar memiliki keterampilan lebih dan praktek yang memadai begitu juga di SMA dengan berlakunya kurikulum 2013 membuat pelajar mampu memaparkan sendiri apa yang ia pelajari sehingga para pelajar dituntut untuk memahami secara penuh bukan uuntuk menghafal materi secara penuh .Dan semakin banyaknya fasilitas yang di distribusikan ke daerah-daerah terpencil untuk meningkatkan kualitas sekolah dan tentu juga untuk meningkatkan kualitas seumber daya manusianya itu sendiri , begitu juga peningkatan kualitas para guru dan pengajar salah satu caranya adalah banyak seminar-seminar kepelatihan untuk menambah kemampuan guru dalam mengajar dan memahami keadaan para muridnya dan juga pencanangan kebijakan kesejahteraan guru yang membuat semakin banyak yang berminat mengabdi sebagai guru yang handal sehingga membuat guru lain merasa perlu untuk berkambang supaya meningkatkan daya dengan perkembangan perkembangan ini mempercepat perkembangan Negara Indonesia dan membuat Negara Indonesia menjadi Negara maju di Asia . Namun semua itu akan menjadi sia sia tanpa ada kemauan dan kontribusi kita sebagai salah satu bagian dari sumber daya manusia . Karenanya marilah bersama membangun negeri kita bersama. Lihat Pendidikan Selengkapnya › Sejarah pendidikan guru di Indonesia dapat ditarik sejak masa penjajahan Kolonial Belanda. Sejak saat itu, pendidikan guru di Tanah Air mengalami berbagai perubahan sesuai tuntutan zaman. KOMPAS/FABIO M LOPES COSTAAktivitas perkuliahan di salah satu ruangan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih di Jayapura, Kamis 8/3/2018. Tampak Pembantu Dekan 1 Yan Dirk Wabiser selaku dosen yang mengajar mata kuliah Metode Penelitian Sosial kepada para pidato Peringatan Hari Guru Nasional 2021, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menyampaikan pesan dunia pendidikan menghadapi ujian yang berat akibat pandemi. Dua tantangan yang dihadapi seorang guru selama pandemi adalah tekanan psikologis akibat Pembelajaran Jarak Jauh PJJ dan tekanan ekonomi karena harus memperjuangkan keluarga mereka agar penghasilan bisa mencukupi. Kondisi akibat pandemi mengakibatkan guru Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan guru adalah jabatan profesi sehingga seorang guru harus mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Dalam UU tersebut disebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk menjadi pendidik yang professional harus dimiliki empat kompetensi, salah satunya adalah kompetensi profesional guru. Sejarah pendidikan guru di Indonesia menunjukkan peningkatan kualifikasi akademik seorang guru. Perkembangan kualifikasi akademik seorang guru terjalin bersama dengan kebutuhan nyata pengajar di setiap era Kolonial Belanda, untuk mengajar sekolah rakyat Volkschool dengan kurikulum membaca, menulis, dan berhitung, hanya dibutuhkan kursus selama dua tahun bagi seorang lulusan sekolah ini, sejak munculnya UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen, setiap guru, baik tingkat TK, SD, SMP, maupun SMA, wajib memiliki kualifikasi akademik dari pendidikan tinggi. Sebelumnya, hanya guru yang akan mengajar SMP atau SMA saja yang harus bergelar sarjana atau program diploma perkembangan pendidikan guru di Indonesia, dapat dibagi dalam empat periode, yaitu pendidikan guru pada era Hindia Belanda, penjajahan Jepang, awal kemerdekaan hingga Orde Lama berakhir, dan Orde Baru hingga Hindia BelandaMochtar Buchori dalam bukunya Evolusi Pendidikan di Indonesia dari Kweekschool sampai ke IKIP 1852-1998 2009 menyebutkan, terdapat empat jenis pendidikan bagi calon guru sekolah dasar pada zaman Hindia Belanda yang dapat dikelompokkan menjadi sekolah guru untuk mereka yang akan mengajar di sekolah rendah pribumi dengan pengantar bahasa Belanda. Dalam kelompok pertama ini, terdapat Kweekschool dan Hogere Kweekschool HKS yang kemudian diubah menjadi Hollandsch Inlandsche Kweekschool HIK.Kedua, sekolah guru untuk mereka yang akan menjadi guru pada sekolah rendah pribumi dengan bahasa pengantar salah satu dari bahasa-bahasa daerah, seperti Jawa, Sunda, Melayu atau Bugis. Dari kelompok kedua ini, terdapat Cursus voor Volksschool Onderwijzers CVO yang kemudian diubah menjadi Opleiding voor Volksschool Onderwijzers OVVO serta Normaalschool atau juga disebut sebagai Kweekschool voor Inlandsche negeri pertama didirikan pada 1852 di Solo oleh Pemerintah Hindia Belanda. Jauh sebelumnya, telah didirikan Kweekschool oleh penyebaran agama Kristen zending di Ambon pada tahun 1834. Pada tahun 1871, muncul peraturan yang menyatakan bahwa pengadaan sekolah dasar bumiputra harus didahului oleh pengadaan tenaga guru. Atas dasar peraturan itulah, Kweekschool kemudian diperbanyak. Beberapa Kweekschool didirikan, antara lain di Tondano pada tahun 1873, Ambon 1874, Magelang , Probolinggo, Banjarmasin 1875, Makassar 1876, dan Padang Sidempuan 1879.Murid yang diterima di Kweekschool adalah mereka yang telah tamat dari sekolah pemerintahan untuk anak-anak pribumi, berumur paling tidak 12 tahun, dan berasal dari keluarga baik-baik. Namun di kemudian hari, mereka yang dapat diterima di Kweekschool ini hanya mereka yang telah tamat kelas VII HIS. Lama studi di Kweekschool ini ditempuh selama 4 bahasa Belanda hanya merupakan salah satu mata pelajaran di Kweekschool. Namun, sejak 1915, bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar di Kweekschool. Tamatan Kweekschool kemudian dapat mengajar di Hollands-Inlandse School HIS.Lulusan Kweekschool diberi gaji yang disamakan dengan gaji seorang asisten wedana, sebesar 50 gulden hingga 150 gulden per bulan. Lulusan Kweekschool pun mendapat gelar resmi, yakni “mantri guru”, yang memberikan mereka kedudukan yang nyata di kalangan pegawai pemerintah lainnya. Selain itu, mereka juga berhak untuk menggunakan payung, tombak, tikar, dan kotak sirih menurut ketentuan pemerintah. Mereka juga mendapat biaya menggaji empat pembantu untuk membawa keempat lambang kehormatan itu. Tanda-tanda kehormatan itu membangkitkan rasa hormat, termasuk murid-muridnya sendiri, khususnya anak-anak kaum Kweekschool, terdapat pula Hogere Kweekschool HKS yang pada tahun 1927 diganti menjadi Hollands Inlandsche Kweekschool HIK. Perubahan tersebut mengikuti perubahan fokus pendidikan di HIK, yakni dari tekanan pada penguasaan bahasa Belanda secara sempurna menjadi pengembangan pengetahuan secara di HIK ditempuh selama enam tahun. Sama seperti Kweekschool, lulusan HKS maupun HIK kemudian dapat mengajar di sekolah HIS, tetapi dengan gaji lebih besar, sekitar 175 gulden per POERNOMOGedung Sekolah Pendidikan Guru SPG Negeri I Yogyakarta, awal Oktober 1988. Dibangun tahun 1904, gedung ini dulu disebut gedung Kweekschool karena memang menjadi tempat pendidikan para calon sisi lain, terdapat sekolah calon guru sekolah dasar yang nantinya akan mengajar di sekolah rakyat Volkschool, yakni Cursus voor Volksschool Onderwijzers CVO yang kemudian diubah menjadi Opleiding voor Volksschool Onderwijzers OVVO. Program CVO berupa kursus selama dua tahun. Mereka yang diterima sebagai peserta kursus ialah mereka yang sudah tamat kelas V dari Sekolah Pribumi Kelas II Tweede Inlansche School/TIS, Vervolgschool, atau pembelajaran yang dipakai ialah melihat dan meniru, yaitu menyaksikan bagaimana para guru senior mengajar dan kemudian mereka menirukannya. Setelah tamat dari pendidikan ini, para siswa ditempatkan sebagai guru Volksschool, yaitu SD 3 tahun dengan kurikulum sangat sederhana, yakni membaca, menulis, dan CVO maupun OVVO, terdapat pula Normaalschool dengan lama pendidikan empat tahun. Mereka yang diterima sebagai murid pada sekolah ini ialah mereka yang sudah tamat Kelas V dari Sekolah Pribumi Kelas II, atau Vervolgschool, atau Standaardschool. Selama empat tahun pendidikan, mereka mendapatkan 14 mata pelajaran, mulai dari bahasa daerah, bahasa Melayu, ilmu mendidik, ilmu hitung, ilmu bangun, ilmu tanam-menanam, ilmu hewan, ilmu alam, ilmu bumi, sejarah, menggambar, menulis, menyanyi, pendidikan jasmani, hingga permainan di luar negeri pertama untuk siswa laki-laki didirikan pada tahun 1915 di sejumlah daerah, yakni Padangpanjang, Jember, Garut, Jombang, dan Makassar. Sedangkan, Noormaalschool pertama untuk siswa perempuan didirikan di Padangpanjang 1918, Blitar 1919, Tondano 1920, dan Salatiga 1933.Para lulusan Normaalschool ini kemudian ditempatkan sebagai guru pada SD 5 tahun Tweede Inlandse School/TIS. Selain membaca, menulis, berhitung, para siswa TIS mendapatkan pengetahuan ilmu bumi, pengetahuan alam, dan satu perbedaan dari empat sekolah calon guru sekolah dasar di atas adalah fasilitas belajar mengajar. Mereka yang sekolah di Kweekschool maupun HKS/HIK mendapatkan gedung sekolah yang mewah, yang dilengkapi dengan asrama dan perpustakaan yang lengkap. Sedangkan, kegiatan kursus CVO maupun OVVO tidak memiliki gedung sendiri, tak berasrama, dan tak memiliki perpustakaan. Situasi sedikit baik dialami para siswa Normaalschools yang mendapatkan gedung sekolah yang sederhana dengan perpustakaan yang juga SINAGASiswa-siswi SMA Negeri 1 Penyabungan Selatan belajar di sekolahnya di Jalan Willem Iskander, Kecamatan Penyabungan Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, Rabu 27/4/2016. Willem Iskander mendirikan sekolah itu pada tahun 1862 sebagai Sekolah Guru Kweekschool Tano Bato, sekolah guru pertama di Sumatera menjadi guru sekolah menengah Middelbaar Onderwijs, setingkat SMP dan SMA pada zaman Hindia Belanda, dibutuhkan akta mengajar yang disebut “MO Akte”. Terdapat dua jenis Akta MO, yaitu MO A dan MO MO A memberi wewenang penuh untuk mengajar dalam mata pelajaran tertentu di tingkat Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO, yang berarti pendidikan rendah yang diperluas dan HBS. Keduanya adalah pendidikan pada tingkat SLTP. Sedangkan Akta MO B memberi wewenang penuh untuk mengajarkan mata pelajaran tertentu pada tingkat Algemene Middlebare School AMS, yaitu sekolah menengah umum dan HBS. Keduanya terdapat pada jenjang untuk mendapatkan Akta MO pada umumnya hanya tersedia di Belanda. Di Hindia Belanda, terdapat pendidikan untuk mendapatkan Akta MO Ilmu Pasti dan Akta MO A Bahasa Inggris. Pendidikan untuk Akta MO Ilmu Pasti itu dititipkan pada Technische Hoogeschool di Bandung ITB.Pendidikan guru pada zaman Hindia Belanda tidak hanya diselenggarakan oleh pemerintah saja, tetapi juga diselenggarakan oleh pihak swasta. Sekolah-sekolah guru swasta hanya ada pada jenjang Normaalschool untuk pendidikan guru bagi SD dengan bahasa pengantar bahasa JepangBergantinya kekuasaan Belanda ke tangan Jepang pada bulan Maret 1942 memengaruhi pula kebijakan mengenai pendidikan secara umum. Khusus untuk sekolah guru, Pemerintah Jepang menggabungkan berbagai sekolah guru menjadi satu sekolah. Pemerintah Jepang hanya membuka sekolah guru yang didirikan oleh pemerintah, sedangkan sekolah guru swasta ditutup dan tidak diizinkan untuk dibuka. Hanya perguruan Muhammadiyah dan Taman Siswa yang diperbolehkan untuk guru bentukan pemerintah militer Jepang memiliki sistem yang berbeda, yaitu adanya peraturan pemisahan antara siswa laki-laki dan perempuan. Siswa laki-laki menempati sekolah guru laki-laki atau disingkat SGL, sedangkan siswa perempuan menempati sekolah guru perempuan SGP. Para siswa SGL dan SGP merupakan lulusan sekolah dasar yang kemudian menempuh pendidikan selama empat tahun dalam sistem asrama ini bertujuan untuk memudahkan Pemerintah Jepang mengontrol dan mendoktrin siswa melalu beragam program pendidikan. Program pendidikan tersebut, di antaranya latihan kemiliteran kyooren, pengabdian masyarakat atau kerja bakti paksa kinrohoshi, dan pendidikan jasmani. Sekolah calon guru SD di zaman Jepang terdapat di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, dan Kemerdekaan dan Orde LamaPada awal kemerdekaan 1945, pemerintah menghadapi persoalan kekurangan tenaga pengajar, selain juga kekurangan gedung sekolah. Kekurangan guru tersebut disebabkan oleh setidaknya tiga hal. Pertama, diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 yang menyebutkan pendidikan merupakan hak rakyat dan pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan nasional. Kedua, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 1951, provinsi juga memiliki wewenang untuk membangun dan menyelenggarakan Sekolah Dasar. Ketiga, pemerintah juga mencanangkan program wajib belajar pada tahun mengatasi kekurangan guru tersebut, pemerintah kemudian mendirikan lembaga pendidikan guru sementara secara massal yang disebut Kursus Pengajar untuk Kursus Pengantar Kepada Kewajiban Belajar KPKPKB. Pemerintah mendirikan KPKPKB pada bulan September 1950 melalui Keputusan Menteri Pendidikan No. 5033/F tertanggal 5 Juni yang memasuki lembaga pendidikan ini adalah para pelajar lulusan SD dengan hasil yang baik, kesehatan baik, dan berwatak susila, serta berumur antara 15-18 tahun. Semua pelajar KPKPKB diharuskan mengikat kontrak dengan pemerintah dengan jaminan mendapatkan tunjangan yang diperoleh sebesar Rp 85 per KPKPKB dirasa efektif dan dapat dengan cepat mengatasi masalah kekurangan tenaga pendidik. Terbukti, selama dua tahun KPKPKB didirikan, sudah dibangun 400 KPKPKB. Dengan banyaknya KPKPKB, kebutuhan akan tenaga guru untuk pelaksanaan wajib belajar dengan cepat dapat keadaan Jakarta genting disebabkan oleh teror Belanda/Nica, Sekolah Taman Siswa di Jalan Garuda tetap dibuka Juni 1946.Untuk meningkatkan mutu pendidikan, KPKPKB ditingkatkan menjadi Sekolah Guru B SGB 4 tahun dan kemudian menjadi Sekolah Guru A SGA 6 tahun. Pada waktu bersamaan, didirikan pula kursus-kursus persamaan Sekolah Guru B 4 tahun, sesudah SD dan persamaan Sekolah Guru A 3 tahun, setelah SMP untuk meningkatkan tenaga pendidikan. Pada perkembangannya, kursus persamaan SGB dan SGA berubah menjadi SGB dan SGA. Sekitar tahun 1950, terjadi penambahan jumlah SGA dan SGB di seluruh wilayah itu, untuk menyuplai pendidikan di sekolah menengah, pemerintah membuka program Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama PGSLP, Kursus B-I yang lamanya 3 tahun, dan Kursus B-II yang lamanya 2 tahun sesudah B-I untuk diarahkan menjadi guru di Sekolah Lanjutan Atas SLA.Penyelenggaraan pendidikan guru di tingkat perguruan tinggi mulai berlangsung sejak tahun 1954 dengan didirikannya Pendidikan Tinggi Pendidikan Guru PTPG di Bandung, Malang, Batu Sangkar, dan Tondano untuk mendidik calon guru tahun 1961, berdasarkan kesepakatan antara Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan PD dan K dan Departemen Perguruan Tinggi, PTPG dimasukan ke dalam universitas sebagai Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP yang ditujukan untuk mendidik calon sekolah lanjutan baik lanjutan pertama maupun lanjutan atas. Dengan berdirinya FKIP, program-program PGSLP, Kursus B-I, dan B-II diintegrasikan dalam program pembukaan Sekolah Pendidikan Guru di Yogyakarta pada tanggal 17/1/ perkembangannya, Departemen PD dan K menganggap bahwa FKIP sebagai lembaga pendidik calon guru tidak memenuhi harapan. Menteri PD dan K Prijono kemudian mendirikan Institut Pendidikan Guru IPG di bawah Departemen PD dan K sebagai alternatif pengganti FKIP yang berada di bawah Departemen Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan PTIP. Akibatnya, muncul dualisme penyelenggara lembaga pendidikan untuk guru sekolah menengah, yaitu Departemen PD dan K dan tersebut menimbulkan keresahan di FKIP seluruh Indonesia. Dalam Konferensi Badan Koordinasi Senat Mahasiswa FKIP seluruh Indonesia pada tahun 1960, muncul tuntutan kepada Presiden Sukarno untuk membubarkan melalui Keppres 3/1963 pada tanggal 3 Januari 1963, FKIP dan IPG dilebur menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan IKIP di bawah Departemen PTIP yang setara dengan universitas dan merupakan satu-satunya lembaga pendidikan guru untuk sekolah menengah. Sejak itu, jumlah IKIP terus bertambah hingga 10 IKIP. Di luar itu, di setiap provinsi yang tidak memiliki IKIP, berkembang FKIP di bawah universitas Orde Baru dan ReformasiPada masa Orde Baru, Presiden Suharto menginstruksikan untuk mendirikan sejumlah SD untuk mengatasi persoalan daya tampung. Akibatnya, muncul masalah kekurangan tenaga pendidik karena banyaknya sekolah yang kemudian mengembangkan Sekolah Pendidikan Guru SPG untuk mengatasi kekurangan guru. SPG sebenarnya sudah dicanangkan sejak tahun 1964, tetapi pelaksanaannya di setiap daerah baru terlaksana mulai tahun 1967. Pada tahun 1960-an, terdapat 82 SPG di Indonesia. Jumlah ini menurun pada tahun 1961-1965 yang kemudian meningkat kembali menjadi 123 saat dilaksanakan kebijakan SPG, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum SPG tahun 1968 yang kemudian disempurnakan menjadi kurikulum SPG tahun 1976. Penggantian kurikulum ini berdasarkan Keputusan Menteri P dan K tanggal 21 Juli 1976 tentang Pembakuan Kurikulum POERNOMOSekolah Pendidikan Guru SPG Transmigrasi "17" IV di Kelurahan Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman. Para lulusan SPG ini akan ditempatkan di berbagai daerah transmigrasi sebagai pionir bagi para transmigran. SPG ini merupakan kerjasama antara Yayasan Tujuhbelas dengan DepartemenTranmigrasi, serta Depdikbud menyangkut penempatan serta pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil. Foto tahun tahun 1980, SPG negeri mulai dikurangi karena jumlah guru yang dibutuhkan oleh sekolah-sekolah mulai tercukupi. SPG secara bertahap kemudian dialihfungsikan menjadi sekolah menengah atas lainnya. Alih fungsi tersebut dimulai pada tahun 1989 dan berakhir pada tahun 1990. Pada saat itu, SPG dialihfungsikan menjadi SMA, SMK, STM, SKK, maupun sekolah menengah atas maupun FKIP yang semula dimaksudkan mendidik guru SLTA kemudian juga mendidik guru SLTP dengan menyelenggarakan crash program PGSLP dengan beasiswa pada tahun 1970-an di samping juga menyelenggarakan PGSLA. Pada tahun 1989, SPG dilebur ke dalam IKIP/ perkembangannya, lembaga pendidikan tenaga kependidikan LPTK juga berfungsi mendidik calon guru TK dan SD melalui program PGTK dan tahun 1999 dan 2000, sepuluh IKIP berubah nama menjadi universitas dengan tetap mengemban tugas sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan LPTK. Jumlah tersebut terus bertambah, terutama dengan berkembangnya jumlah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK swasta. LITBANG KOMPASKOMPAS/BACHTIAR AMRAN DMMenteri P dan K Dr Daoed Joesoef, hari Sabtu 22/Mei/1982 mewisuda dan menyerahkan Surat Tanda Tamat Belajar STTB sekaligus menyerahkan SK pengangkatan sebagai guru SD secara sekaligus. Ini adalah yang pertama