5Cara untuk Belajar Percaya kepada Tuhan. Friesca Saputra. Catholic Spirituality. 2. Masa depan, jodoh, diputusin pacar, orangtua, keluarga, kesehatan, pekerjaan, kehendak Tuhan, dan berbagai hal lain bisa menjadi kekhawatiran di dalam hidup kita. Kalau semua kekhawatiran dituliskan, akan menjadi daftar panjang yang tidak pernah selesai.
PenjelasanSingkat. Janji TUHAN pada Daud. Isi Pasal. Kerinduan Daud untuk membangun rumah untuk Tuhan. Perjanjian Daud. Garis Besar. 7:1 Natan, tadinya menyetujui keinginan Daud untuk membangun rumah bagi Allah, 7:4 tetapi setelah mendapat firman TUHAN melarang dia. 7:12 TUHAN berjanji kepadanya akan memberi kebaikan dan berkat pada keturunannya. 7:18 Doa
Lakukanyang terbaik! Kolose 3:23 . Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Tanah Kanaan dibagi dan diberikan kepada 12 suku Israel. Pada saat itu, suku Yusuf datang ke Yosua dan mengatakan bahwa tanah mereka terlalu kecil dan mereka terlalu banyak sehingga mereka meminta
Adaorang yang mengatakan jika anak-anak tidak punya pekerjaan, itu tidak benar. Bagi anak, membantu orang tua dirumah dan belajar disekolah adalah sebuah pekerjaan karena mereka berusaha memberikan yang terbaik yang dapat mereka lakukan. Mereka harus mengerti bahwa pekerjaan apapun sebenarnya untuk kemuliaan nama Tuhan.
Benar bahwa semua pelayanan yang kita lakukan untuk Tuhan itu baik, tak peduli jabatan atau peran yang kita emban dalam melayani. Namun, kita harus selalu waspada karena tidak semua pelayanan yang kita lakukan menyenangkan hati Tuhan, meskipun apa yang kita lakukan itu baik. Kedengarannya seperti bekerja untuk kemanusiaan itu sendiri
LAKUKANLAHSEPERTI UNTUK TUHAN Jumat, 23 September 2016. Bacaan Alkitab hari ini Kolose 3:18-25. Bacaan Alkitab satu tahun Kisah Para Rasul 21:27-40; Yosua 16-18. Ayat Hafalan Kolose 3:23,Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
MenariUntuk Tuhan. Jun 09, 2013 by Nugroho2014 in ministry. Dalam beberapa kebaktian dan persekutuan remaja di Gereja Indonesia di Tokyo, saya sering kali menjumpai pemimpin acara sering mengajak menyanyikan lagu “Bila Roh Allah ada di dalamku, ku ‘kan menari s’perti Daud menari” sambil meminta jemaat menari untuk Tuhan. menari untuk
Sayarasa, mata yang murah hati adalah seperti mata Tuhan, yang "menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia" (2 Tawarikh 16:9). Jadi, inilah yang saya lakukan. Ketika berada bersama orang lain, saya terus mencari domba yang terluka. Dan percayalah, mereka ada di mana-mana!
o2MrkMO. Agustus 10, 2016Agustus 6, 2016 Renungan Keluarga Allah Rabu, 10 Agustus 2016 BACAAN HARI INI Kolose 3 18 -25 RHEMA HARI INI Kolose 323 Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Enny adalah seorang guru Sekolah Minggu di sebuah gereja yang cukup besar di satu kota besar. Dia terlibat dalam pelayanan anak sudah beberapa tahun. Awalnya dia ikut melayani sebagai guru sekolah minggu biasa saja, sampai akhirnya dia ikut aktif di Departemen Anak dan banyak bidang mulai dipercayakan kepadanya yang sebelumnya tidak pernah dia bayangkan. Ketika rekan pelayanan tidak seperti yang diharapkannya, dia akan selalu menyemangati dirinya bahwa apapun yang dilakukannya ini, semua untuk Tuhan bukan untuk manusia. Jadi dia akan bersemangat lagi dalam melayani Tuhan dan selalu berusaha melayani dengan sungguh-sungguh. Tidak peduli dengan orang lain, yang terpenting dia ingin menyukakan hati Tuhan. Pekerjaan-pekerjaan yang kecil yang orang lain tidak mau lakukan, dia akan melakukannya dengan sukacita karena dia mengerjakannya untuk Tuhan, supaya Tuhan senang. Begitu pula dalam hidup kita, hendaknya kita selalu melakukan yang terbaik seperti untuk Tuhan. Bukan suatu kebetulan Tuhan menempatkan kita di tengah-tengah keluarga kita, sekolah kita maupun tempat kerja kita saat ini. Saat kita mengerjakan pekerjaan kita, hendaklah kita mengerjakan dengan kesungguhan hati bukan hanya untuk menyukakan atasan kita. Jangan pula kita bekerja sebaik-baiknya hanya pada saat ada atasan kita. Ada atau tidak ada atasan kita, kita harus tetap bekerja dengan baik, bekerja dengan tulus. Ingat, Tuhan selalu mengawasi kita. Ketika kita di sekolah atau kuliah, kita juga harus memiliki integritas yang besar. Jangan pernah menyontek meskipun teman-teman kita semua melakukannya. Jangan pernah menitip absen, karena itu sama halnya kita tidak jujur. Kejujuran merupakan tanda bahwa kita memiliki integritas dalam hidup kita. Integritas sedini mungkin akan membuat masa depan lebih baik. Begitu pula di tengah keluarga kita, sebagai anak, suami, istri ataupun orangtua kita harus jujur dan terbuka dengan anggota keluarga kita. Kita harus memiliki sikap yang sama/tidak berpura-pura ketika berada di rumah ataupun di luar rumah. Orang yang memiliki integritas selalu menjaga setiap tindakan yang dilakukannya. Ada atau tidak ada orang yang melihat, dia akan melakukan hal yang sama. Karena itu, kerjakanlah segala sesuatu yang saat ini Tuhan percayakan kepada Anda dengan hati Anda. Kerjakan dengan tujuan untuk melayani Tuhan, untuk membuat Tuhan senang bukan untuk menyukakan manusia. Ketika kita mengerjakan segala sesuatu untuk melayani Tuhan dan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya, upah, berkat yang luar biasa Tuhan sediakan untuk kita. LEW RENUNGAN Kunci hidup dalam INTEGRITAS melakukan segala sesuatu seperti UNTUK TUHAN. APLIKASI Sudahkah kita melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan? Dalam hal apa kita masih belum bisa melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan? Hal apa yang menghalangi Anda belum bisa melakukan segala sesuatu untuk Tuhan? DOA UNTUK HARI INI “Hari ini Engkau telah mengingatkan kami untuk selalu mengerjakan segala sesuatu untuk Engkau. Ajari kami selalu bekerja sebaik-baiknya. Ajari kami bersikap tulus dan jujur dalam segala hal. Terima kasih Tuhan Yesus, dalam nama Tuhan Yesus kami sudah berdoa. Amien.” BACAAN ALKITAB SETAHUN Ayub 6-9
Img Via Fokus Hidup – “Hidup ini adalah untuk Tuhan. Benarkah? Jika hidup ini untuk Tuhan, bagaimanakah seseorang dapat menjalani hidup ini dengan benar sehingga berkenan bagi Tuhan? Simak artikel berjudul Lakukanlah segala sesuatu untuk Tuhan ini.” Bacaan Nats 1 Korintus 1031; Filipi 120-22 Aku menjawab Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. 1 Kor. 1031 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. ay. 20 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. ay. 21 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu ay. 2 FFilipi 120-22 Kehidupan yang singkat di dunia ini haruslah kita mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan religius. Terutama adalah perkara-perkara rohani, sebab upah atas kesetiaan kita dalam mempertahankan iman kita sebagai orang percaya adalah bernilai kekekalan. Dan selagi kita hidup di dunia ini, kita juga perlu berjuang, bukan hanya untuk bertahan hidup, melainkan juga mencapai kesuksesan sesuai dengan impian kita. Baca juga Anne Rice I Am Second Tidak ada yang salah dengan kesuksesan, tidak ada yang salah dengan kekayaan, yang salah adalah bila kita menyalahgunakan hal itu, yakni untuk kepentingan diri kita sendiri. Sebaliknya, kesuksesan, pencapaian, jabatan, dan harta yang kita peroleh dengan kerja keras sudah seharusnya kita pergunakan untuk kemuliaan nama Tuhan. Artinya apapun yang kita lakukan itu, untuk kemuliaan-Nya, segala sesuatu untuk Tuhan. Sebagian orang terlupa dengan keberadaan mereka di dunia ini yang adalah diciptakan oleh Tuhan untuk tujuan yang mulia. Berbagi dengan sesama, peduli lingkungan, dan memerhatikan sesama merupakan sebagian dari wujud kasih yang nyata. Namun pengertian kasih melebihi dari itu 1 Kor 134-8. Gambaran kasih yang nyata dan sempurna dapat dilihat dari pengorbanan Kristus, di mana Ia bersedia menjadikan diriNya sebagai korban Anak Domba. Kita yang tidak layak menjadi layak dan berkenan di hadapanNya, sebab kita beroleh anugerah melalui karya penebusanNya di atas kayu salib. Dengan kata lain, pengorbananNya itu, mengembalikan kita kepada “rancanganNya yang semula”. Di mana awalnya manusia diciptakan spesial menurut gambar dan rupaNya dengan tujuan yang mulia. Bahkan yang teristimewa adalah Tuhan memberikan wewenang dan kuasa bagi kita dalam kehidupan kekal untuk memerintah bersama Kristus yang adalah Raja yang kekal. Namun semuanya itu ditentukan dari pemanfaatan waktu yang baik untuk Kristus, dibarengi dengan implementasi kasih Kristus bagi dunia, selagi kita hidup di dalam dunia ini. Paulus mengatakan kepada jemaat Korintus melalui suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, yakni jika makan atau jika minum, atau melakukan sesuatu yang lain, maka lakukan untuk kemulian Tuhan atau lakukanlah segala sesuatu untuk Tuhan. Dengan kata lain, produktivitas maupun seluruh aktivitas yang kita lakukan seharusnya bertujuan nama Tuhan dipermuliakan atau untuk kemuliaan Tuhan. Jadi, tidak ada larangan seseorang berjuang meraih impiannya untuk mencapai kesuksesan atau keinginan apapun yang ingin ia raih, asalkan tidak bertentangan dengan Alkitab dan motivasi yang ia lakukan seharusnya untuk kemuliaan Tuhan. Baca juga Siap Menghadapi Kematian Oleh karena itu, matikanlah segala keegoisan dan kepentingan diri sendiri. Selanjutnya, perbaharuilah komitmen dan kesetiaan kita, sehingga kita tidak terikat dengan percintaan dunia ini dan kesuksesan kita hanya dipersembahkan untuk kemuliaan Tuhan. Dan jangan lupa, tebarkanlah pesona kasih-Nya di sekitar kita melalui perbuatan kasih kita. Kata Bijak “Hidup ini singkat. Lakukanlah segala karya, aktivitas, dan produktivitas Anda Untuk kemulian Tuhan.” “Bila berkomitmen hidup bagi Kristus dan tetap setia, maka akhirnya, segala karya kita pun memuliakan Tuhan.” Dilarang meng-copy dan publish ulang tulisan ini, tanpa seijin penulis Jika Anda merasa diberkati dengan artikel Lakukanlah Segala Sesuatu untuk Tuhan ini, bagikanlah ke sosmed Facebook, Twitter, Gogle+, dll. Anda. Jangan lupa, Like Sukai Fanspage Facebook Fokus Hidup yang ada di situs ini atau klik di sini untuk mendapatkan info-info terbaru dari Mari bergabung juga dengan grup Facebook Fokus Hidup dengan cara klik di sini. Silahkan tinggalkan komentar Anda, bila ingin menanggapi, bertanya, ataupun memberikan saran dan kritik. About The Author julian JT. Lulusan S1 Teologi di STT Lintas Budaya Jakarta. Berkarya dalam tulisan renungan Kristen, pengkhotbah, web content, dan pengajar. Quote "Fokus hidup orang percaya sejatinya ialah menjadi serupa dengan Kristus."
Kenapa sebagian anak yang dibesarkan dalam keluarga Kristen benar-benar berbalik pada Yesus Kristus, benar-benar hidup dalamnya, dan membagikannya dengan orang lain, sementara anak lain dilingkungan yang sama jatuh kerohaniannya selama masa remaja mereka? Semua rutinitas gereja menjadi candu bagi mereka dan mereka tidak bisa peka tentang Tuhan. Ini pertanyaan yang kompleks dan sudah lama merupakan pergumulan pemimpin Kristen. Tentu saja ada banyak factor yang terlibat disetiap kasus. Tidak ada satu jawaban untuk semua masalah. Tapi ada satu hal yang terus muncul dalam hubungan saya dengan keluarga Kristen dan pemimpin pemuda, dan saya tidak bisa melarikan diri dari pentingnya hal itu. Itu merupakan kebenaran yang dinyatakan dalam Galatians 67-8 “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu” TLB. Menuai apa yang kita tabur berlaku dalam setiap kehidupan kita, tapi salah satunya adalah hubungan kita dengan anak kita. Kita akan menuai apa yang kita tabur dalam mereka. Dan sayangnya, apa yang kita tuai dalam mereka tidak hanya bagaimana kita memperlakukan mereka atau apa yang kita katakan pada mereka, tapi bagaimana kita belaku dihadapan mereka. Dengan kata lain, kita tidak bisa mengharapkan anak kita melampaui kita dalam hal rohani atau menjadi lebih daripada kita. Itu menjadi tanggung jawab kita untuk menjadi teladan dihadapan mereka sesuai dengan harapan kita pada mereka. Inilah cara Model Orangtua memperlakukan kita. Saat dia mengatakan apa yang seharusnya kita lakukan, dia membuat standar dari teladannya sendiri. “tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.’” 1 Peter 115-16, TLB. Kekudusannya memberikannya hak untuk memerintahkan hal yang sama pada kita. Kita mungkin sedikit tidak mau jika dia memerintahkan sesuatu yang lebih dari yang ditunjukannya. Tapi sebaliknya, dia membuat pola yang sempurna bagi kita untuk diteladani. Tuhan Yesus menggunakan pendekatan yang sama terhadap muridnya. “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” John 1315, TLB. Dia menetapkan suatu standar yang tinggi karena dia tahu kita tidak bisa melampaui yang sudah ditetapkan. “Aku berkata kepadamu Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya” John 1316a, TLB. Jika kita memperlakukan anak kita seperti Tuhan memperlakukan kita, kita harus menetapkan suatu teladan untuk semua yang kita inginkan mereka lakukan. Teladan yang buruk dihadapan anak kita akan berdampak pada generasi mendatang. Tuhan pengampun dan belas kasih, tapi dia memperingatkan bahwa anak-anak akan merasakan dampak dosa orangtuanya 3 sampai 4 generasi Num. 1418. Apakah itu berarti bahwa Tuhan meletakan kutuk pada 3 sampai 4 generasi, atau itu sesuatu yang diberikan melalui keturunan sehingga mengutuk mereka? Saya pikir tidak demikian. Tapi dosa menciptakan suatu keadaan tertentu dalam keluarga, secara psikologi dan rohani, suatu keadaan yang berdampak pada karakter anak kita. Saat mereka menikah, mereka mungkin akan menciptakan lingkungan keluarga yang sama seperti yang mereka alami saat mereka bertumbuh dan melihat dosa yang kita perbuat, bersama dengan akibat-akibat tidak baik lainnya. Sebenarnya, keluarga yang mereka buat mungkin lebih buruk dari kita. Saya bisa melihat itu sebagai keluarga Kristen dimana orangtua bertengkar setiap waktu. Hanya sedikit sekali kasih seperti Kristus yang ditunjukan pada anak mereka. Tuhan Yesus tidak diijinkan memainkan peran yang penting dalam kehidupan keluarga mereka dan hal dimana Kristus sering disebut adalah saat mereka mengkritik orang Kristen lain. Tapi didepan teman-teman Kristen, orangtua mereka menjaga muka “orang Kristen yang baik” Anak mereka melihat kemunafikan itu, memutuskan itu bukan untuk mereka, menolak Kekristenan, dan membangun keluarga sekuler saat mereka menikah. Saya bertanya berapa banyak generasi yang akan terkena dampak dosa orangtua itu? Tuhan berkata setidaknya 3 sampai 4 generasi. Dan tidak ada jaminan bahwa walaupun ada seseorang kemudian mengenal Kristus dan membalikan hal itu. Jika itu terjadi, itu seluruhnya anugrah Tuhan. Sekarang waktunya untuk menghentikannya, waktu untuk menyerahkan diri kita untuk dikontrol oleh Roh Kudus dan menjadi seperti apa yang dikehendaki Tuhan, waktu untuk mulai membentuk teladan seperti Kristus didepan anak kita dan memperbaiki setiap kerusakan yang mungkin sudah terjadi. Nabi Yesaya berseru pada orang-orang dimasanya agar hati mereka kembali pada Tuhan. Dia membuat janji yang indah ini jika mereka mau berbalik “Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan yang memperbaiki tembok yang tembus, yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni.Isa. 5812, KJV. Dia terutama menunjuk pada membangun kembali tembok dan jalan Yerusalem, tapi kita tidak boleh kehilangan aplikasi rohaninya. Jika orangtua yang percaya mau menyerahkan dirinya pada Tuhan dan melakukan kehendakNya, mereka dan anak mereka akan mampu memperbaiki kerusakan banyak generasi dan mendapat sebutan “yang membetulkan keturunan,” dan “yang membetulkan jalan supaya itu dapat dihuni.” Kita tidak bisa menyelesaikan penurunan keluarga Kristen. Keluarga kita bisa berbeda. Tuhan tidak akan menerima alasan seperti, “tapi itu cara saya dibesarkan,” atau “itu cara ayah dan ibu memperlakukan saya.” Jika apa yang kita lakukan itu salah, kita perlu mengubahnya. Saat kita berbalik pada Tuhan dalam penyerahan dan kepercayaan, dia akan menolong kita memperbaiki apa yang sudah hancur dan memperbaiki jalan supaya itu dapat dihidupi. Generasi yang berikutnya akan berterima kasih pada kita untuk itu. Ada beberapa perkataan lama yang sering diulang-ulang bahwa sebagian dari kita mampu melewati waktu-waktu itu salah satunya, “tindakan bicara lebih keras dari perkataan”; yang lainnya, “Anda bicara terlalu keras sehingga saya tidak bisa mendengarnya.” Itu semua tidak ditemukan dalam Alkitab, tapi pemikiran itu jauh dari Alkitab. Rasul Paulus berkata, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus” 1 Cor. 111, TLB. Kepada yang lain dia berkata, “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” Phil. 49, TLB. Saya bertanya jika kita bisa mengatakan hal itu pada anak kita. Salah satu kata-kata basi yang sering mencerminkan pendekatan kita tapi lebih baik dari yang diatas, “lakukan seperti yang aku katakan, tidak seperti yang aku lakukan.” Setan pasti yang menginsiprasikan hal itu, dan jika kita terus menggunakannya, kita bisa memastikan anak kita akan menjadi lebih memberontak. Pada seorang pastor muda, Paulus menulis, “…..Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” 1 Tim. 412, NASB. Dia tahu jemaat dimana Timotius ada tidak mau mendengarkan dia jika mereka tidak melihat hidupnya merupakan teladan dari perkataannya. Prinsip yang sama dihubungkan dengan orangtua dan anak. Kita seharusnya bisa mengatakan, “lakukan seperti kataku, dan seperti perbuatanku.” Dan anak-anak bisa melihat kepalsuan yang ada. Sebagai contoh, kita ingin anak kita supaya baik. Kita mengajar mereka untuk bicara sopan kepada orang lain. Tapi mereka mungkin mendengar kita bicara tidak baik pada teman kita, atau mendengar kita bicara tidak sopan satu sama lain atau kepada mereka. Mereka mungkin melakukan seperti yang kita lakukan daripada yang kita katakana. Kita mengajar anak kita untuk jujur. Tapi saat kita semua antri tiket pertunjukan, kita berkata “katakana kalau kita hanya 11 orang.” Atau mereka mungkin mendengar kita membahas betapa kita berhasil menipu penjual tiket itu walau kita tahu itu melanggar hukum. Dan kita tidak bisa mempersalahkan orang lain selain diri sendiri saat kita melihat mereka berbohong atau menipu. Kita mengajar mereka untuk tidak menipu. Tapi kita menyombongkan diri karena petugas pasar mengembalikan uang lebih dan kita tidak mengembalikan uang itu pada pemilik sebenarnya. Dan anak kita mulai percaya kalau mencuri itu diperbolehkan dalam keadaan tertentu. Kita ingin anak kita belajar bahwa merengek tidak bisa membuat mereka mendapatkan apa yang diinginkan. Tapi kita sering merengek pada mereka saat mereka tidak menyenangkan kita, dan kita mungkin merengek pada sesama saat keadaan jadi lain. Jadi mereka akan terus merengek selama masa kanak-kanak dan masa muda mereka. Dan mereka akan melakukan itu saat mereka menikah, dan siapa yang tahu berapa banyak orang yang akan merasa menderita karena teladan kita yang buruk? Ilustrasi tentang itu sangat banyak. Kita mengajarkan mereka bahwa Tuhan akan memenuhi kebutuhan mereka, kekawatiran tidak mendapat tempat dalam kehidupan orang Kristen. Tapi kita khawatir menjadi sakit saat ada masalah dan mencari ketenangan melalui obat-obat. Kita mencoba mengajarkan mereka untuk mendengar kita saat kita bicara. Tapi kita sering terlalu sibuk untuk bisa memperhatikan apa yang mereka katakan. Seringkali kita berteriak pada mereka saat kita menyuruh mereka untuk memelankan suara, atau meminta mereka merapikan barang saat barang kita berserakan dimana-mana. Seorang wanita menceritakan kalau orangtua mereka membersihkan mulut mereka dengan sabun karena dia berkata “golly” atau “gee” ketika dia masih kecil. Tapi dia mendengar lewat dinding kalau mereka saling memaki. Seperti anda bayangkan, permasalahan emosinya pasti sangat besar. Kita ingin anak kita menepati janji, tapi janji kita pada mereka sangat tidak berarti. Kita mendorong mereka untuk tidak materialistic, tapi mereka mendengar kita mengeluh tentang rumah yang kecil, mobil yang kurang baik atau pakaian yang kurang bermodel. Kita mengatakan kalau mereka harus berjalan dengan Tuhan, tapi mereka sedikit melihat kita memberikan waktu untuk Firman dan doa. Kita mengajarkan mereka pentingnya bersama umat Tuhan hari minggu. Tapi kita tinggal dirumah untuk alasan sepele, atau mungkin pergi mendaki dan memancing selama kebaktian. Sebagai orang percaya kita ingin mereka memperhatikan kebutuhan dunia yang terhilang ini, tapi kita sendiri jarang menyebut tentang misionaris atau berdoa bagi mereka dalam keluarga. Jika kita ingin anak kita menjadi seperti keinginan Tuhan, maka kita harus menunjukan teladan. Kegagalan kita terhadap hal ini sangat menyedihkan, tapi ada yang lebih menyedihkan, yaitu kita tidak mau mengakuinya. Sering kita berkeras bahwa tidak ada yang salah dengan cara hidup kita atau teladan yang kita buat. Dan ketidakjujuran terhadap diri kita menjadi sumber kehancuran kita. Anak-anak bisa melihat melalui kemunafikan itu, dan itu menghancurkan mereka. Mungkin kita bisa menyebut masalah dasarnya sebagai “rut Christianity.” Rut Christians mungkin orang percaya dalam tingkat yang belum dewasa atau mereka hanya tahu kosa kata Kristen tanpa tahu maknanya. Walau begitu mereka tetap menjaga rutinitas, pola keagamaan yang harus mereka lakukan. Mereka datang kegereja secara rutin –mungkin tidak sesering yang seharusnya, tapi cukup sering untuk tetap menjaga image yang baik. Mereka memberi uang pada gereja –mungkin tidak sebanyak yang seharusnya, tapi cukup untuk meyakinkan orang lain mereka benar-benar tulus memberikannya pada Kristus. Mereka mungkin menerima tanggung jawab dalam gereja; bagi mereka pekerjaan gereja penting. Tapi dengan sistematik dan dengan ahli mereka menutupi kesalahan, dosa, pergumulan, cobaan, kelemahan, ketegangan, dan konflik, yang bisa menghancurkan image “orang Kristen yang baik” yang ingin mereka tunjukan. Mereka tidak pernah menikmati kehadiran Kristus secara hidup, atau membiarkan Dia mengontrol setiap detil hidup mereka. Dia hanya menjadi Juruselamat hari minggu, tapi mereka mencoba dengan sungguh-sungguh membuat orang lain berpikir Dia nyata bagi mereka. Mereka mungkin marah-marah disepanjang jalan menuju gereja. Tapi saat mereka turun dari mobil mereka meletakan senyum hari minggu mereka dan menyapa orang lain dengan suara suci hari minggu mereka. Dan anak-anak berpikira, “itu tidak benar. Tuhan tidak benar. Dia tidak membuat perbedaan dalam cara hidup mereka. Ini hanya permainan.” Kemudian mereka melihat ketidakbahagiaan hidup orangtua mereka, rutinitas yang membosankan selama satu minggu –bekerja, makan, membaca, berjalan, nonton TV, pergi tidur, terus menerus, hari demi hari. Dan Yesus Kristus tidak ada bagian didalamnya. Mereka merasa bahwa orangtua mereka bekerja terus menerus karena mereka tidak bisa lain. Mereka mendengar tentang sukacita dan damai serta makna yang Yesus bawa; mereka mungkin mendengar orangtua mereka memberikan kesaksian tentang itu digereja. Tapi mereka lebih tahu. Mereka melihat bagaimana orangtuanya hidup. Jadi anak-anak sering melakukan salah satu dari ini –mereka membuang semuanya, dan secara terbuka menolak Kekristenan, atau mereka menjadi kosong dan sama seperti orangtua mereka. Sebagian bisa mengenal Kristus dan menjadi nyata! Bersyukur untuk itu. Tapi mereka mungkin minoritas. Sebagian orang berkata, “kenapa gereja tidak berbuat sesuatu mengenai situasi itu? Kenapa gereja tidak menunjukan kepada mereka kalau Kristus itu nyata, kalau dia bisa membuat perbedaan cara orang hidup?” Mungkin kita perlu mengingatkan kalau pastor, pemimpin pemuda, pengajar, dan pekerja gereja adalah ayah dan ibu dirumah kita masing-masing. Gereja kita tidak lebih baik dari rumah kita. Apa jawabannya? Sebagian mungkin berkata, “ya, saya akan jujur. Saya akan membuang semua kebiasaan baik, dan menjauhi gereja, memamerkan dosa saya kepada semua orang, dan membiarkan orang tahu kalau Tuhan tidak nyata bagi saya.” Saya mengenal orang yang sudah melakukan itu, tapi itu tidak menyelesaikan masalah. Kenyataannya, hanya mempersulit persoalan mereka dan menyebabkan anak mereka lebih memberontak. Setidaknya ada 4 hal yang bisa menolong kita 1. Mengenal Yesus Kristus dengan baik. Ini membutuhkan waktu mempelajari Firman dan berdoa. Tapi kita harus melakukannya! Kehidupan Kekristenan kita tidak akan lebih dari itu kecuali Yesus Kristus menjadi teman kita, kecuali tujuan hidup kita adalah mengenal dia secara intim dan baik, seperti Paulus Phil. 310. 2. Biarkan Yesus Kristus membentuk kita sekehendakNya. Maka kita tidak harus berpura-pura lagi atau membuat orang lain mengira kita hebat dalam rohani. Kita akan menjadi anak Tuhan yang murni rendah hati. Kita harus mulai dengan menyerahkan diri kita kepada Yesus Kristus, kemudian bergantung padanya setiap saat untuk menolong kita menjadi sesuai kehendaknya. Tidak ada jalan lain untuk berubah secara signifikan. Kita bisa berbuat apa saja sampai kita bosan dengan kegagalan kita. Tapi saat kita memberikan hidup kita pada Yesus Kristus, dia menolong kita membuat perubahan yang diperlukan. 3. Biarkan Yesus Kristus terlibat dalam setiap detil kehidupan kita. Inilah yang ingin kita ajarkan pada anak kita lihat bab berikut tapi kita harus melakukannya lebih dulu. Kristus tertarik akan setiap segi kehidupan kita, dan kita perlu membagi setiap hal dengan dia. Dia ingin kita mengetahui kehadirannya setiap saat, mencari hikmatnya dalam setiap keputusan, bicara padanya tentang setiap hal, dan membuat dia menjadi bagian dalam setiap percakapan anda. Hasilnya merupakan jawaban doa dan kenyataan bimbingan Tuhan sehingga kita bisa memperlihatkan pada anak kita bertapa luarbiasa Tuhan itu. 4. Jujur terhadap kesalahan kita. Kita memiliki nature dosa, dan ada saat dimana itu mengontrol hidup kita. Kita mungkin kehilangan kesabaran terhadap anak kita atau menjadi aneh dan pemarah bagi mereka. Jangan takut mengakuinya. Jika kita bertindak egois, tidak seperti Kristus, maka kita berhutang maaf pada mereka. Perintah untuk mengakui kesalahan kita pada sesama didalamnya juga anak-anak kita James 516. Sebagian orang protes, “tapi itu akan menghancurkan kepercayaan mereka terhadap saya.” Tidak itu tidak akan terjadi. Mereka sudah tahu kita berdosa. Menolak mengakuinya merupakan hal yang menghancurkan kepercayaan itu. Mengakui kesalahan kita akan membangun kepercayaan dan rasa hormat serta mendekatkan kita dengan mereka. Saya ingat pernah memarahi salah satu anak laki-laki saya karena hal yang diperbuatnya, kemudian menyadari kalau saya sudah berlebihan. Saat saya mengatakan padanya saya sudah salah, dia meletakan tangannya dibahu saya dan berkata, “tidak apa-apa. Tidak ada yang sempurna.” Saya sudah tahu itu, tapi pengalaman itu mendatangkan kedekatan. Hal itu terjadi tidak hanya sekali tapi lebih sedikit dari sebelumnya. Mengakui kesalahan kita juga mendorong anak kita untuk jujur terhadap hal itu, daripada berpura-pura. Dan bukankah ini yang kita doakan dan usahakan? Biarlah Tuhan menolong kita membuka hati kita dihadapannya, kemudian dengan jujura dan terbuka mengakui kesalahan kita pada sesama. Itu akan membuka komunikasi dengan anak kita dan membangun ikatan yang kuat sehingga setan tidak bisa menghancurkannya. Salah satu peringatan yang harus dinyatakan sebelum menyelesaikan pembahasan ini. Teladan orangtua yang buruk bukan satu-satunya alasan anak menjadi tersesat. Ada banyak factor lain, setidaknya kekerasan hati anak. Kita perlu hati-hati menyalahkan orangtua karena anak mereka yang memberontak. Daripada kita menghindari mereka dan mengkritik, mereka perlu persahabatan kita yang penuh kasih, dukungan simpatik, dan berdoa dengan setia.